
“ Aku ingin berhenti mencintaimu ” katamu malam itu, Malam dingin yang selalu kita lewati bersama dengan canda. Aku tidak tahu apa maksud ucapanmu, apakah kamu mau mengakhirimalam-malam indah ini dengan segala kehangatan yang sama-sama kita rasakan.
“ Kenapa? ” tanyaku, pertanyaan yang bodoh menurutmu.
“ Karena ada banyak kebohongan antara kita, bahkan aku membohongi diriku sendiri. Aku tak berani jujur dan berterus terang kepada diriku sendiri. Aku adalah pengecut ”
“ Kebohongan seperti apa? Dan kejujuran yang bagaimana yang kamu harapkan?”
“ Aku takut..takut mengatakan kebenaran ini, takut kamu terluka dan membenciku.”
“ Katakanlah...aku adalah kekasihmu, aku adalah orang yang penuh pengertian, bisa membimbing kamu dan menjagamu, masih ingatkah kamu dengan kata-kata itu? Kata yang benar-benar indah saat kamu mau menjadi kekasihku. ”
“ Maafkan aku...seharusnya aku tidak pernah menerimamu, memberimu harapan, membuaimu dengan mimpi keindahan. Harusnya kita hanya teman. Teman yang dekat yang bisa saling menghibur, saat kita dirundung duka. Tapi kamu salah, kamu mengartikan perhatianku secara berlebihan. Kamu menginginkan hubungan yang lebih dari seorang sahabat. Kamu...”
“ Sudahlah, aku tahu kemana arah pembicaraan kamu, seperi malam-malam yang sudah berlalu, kamu selalu membahas hal-hal yang sama. Tapi kamu selalu luluh dan mau mencoba menjadi bagian dari diriku. ”
“ Tapi tidak untuk malam ini, aku ingin lari darimu, aku ingin lari menjauh dari kasih sayangmu, aku ingin melepaskan pelukan indah ini. ”
“ Kenapa?...kenapa tidak segera kamu katakan alasan tolol itu malam ini ? ”
“ Kamu tidak akan sanggup mendengarnya, kamu akan mati mendengar kebenaran itu. Dan kamu akan menghancurkan dunia yang indah ini, karena amarah dan luka dihati. Yang tidak pernah kamu tahu, pada siapa kamu mengadu. ”
“ Aku adalah orang yang tegar, aku bukan orang lemah sepertimu yang menangis tersedu-sedu kareana diputus pacar.bayangkan seandainya kita tidak bertemu, kamu pasti akan berdiri ditengah lalu lalang kendaraan, agar tubuhmu dilumat hancur bersama deru angkuh mesin-mesin itu. Karena kamu sudah tidak punya harga, kamu sudah menggadaikan lekuk indah tubuhmu pada pacarmu, kamu harap dia tulus dan jujur, tapi dasar laki-laki, tidak ada yang akan menolak bila disodori tubuh sexy, seperti kucing yang tidak akan lari bila betemu dengan ikan asin. Pacarmu tetap saja mencampakkanmu setelah puas mereguk seluruh madu yang ada ditiap jengkal tubuhmu.”
“ Bukankah kamu juga menikmatinya? ”
“ Ya...aku juga menikmatinya, tapi aku bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan, buktinya aku masih disini mendengarkan keluh kesahmu...”
“ Dan mengharapkan hangat tubuhku. ”
“ Kita sama-sama membutuhkan itu, jangan munafik, kamu juga menikmati sentuhanku. Beruntung aku tidak menjualmu pada lelaki hidung belang seperti pacarmu, dengan alasan butuh biaya kuliah tega menyerahkan kekasihnya pada orang lain. Laki-laki seperti itukah yang kamu harapkan? ”
“ Tapi aku juga sudah tidak mengharapkan kamu lagi, aku ingin kamu pergi dan tidak usah mencariku lagi. ”
“ Kamu ngomong apa sih? Bukankah kita akan menikah ?”
“ Tidak...aku membatalkan pernikahan kita.”
“ Lantas apa yang akan kamu lakukan ?”
“ Aku akan disini, menemani sepi bersama mimpi, merajut asa dengan air mata, sampai datang seseorang yang mau menerima aku apa adanya.”
“ Apakah aku tidak cukup? Bukankah aku menerima kamu apa adanya? ”
“ Ya...tapi kamu bukan untukku.”
“ Apa maksudmu?”
“ Tanyakan saja pada wanita itu. Wanita yang selalu kamu peluk mesra diujung pagi!”
***
Hilang sudah harapanku, harapanmu. Dan harapan kita bersama. Maaf...bila selama ini aku tak pernah jujur kepadamu . kamu memang bukan untukku, tapi aku akan menjaga cinta ini. Cinta yang telah menyemaikan benih didalam rahimku ini. Kamu tak perlu tahu nama siapa yang akan aku tulis untuk ayah anak ini. Bukan bejo ataupun andre.
Aku tak tahu, apakah aku akan jatuh kedalam pelukan laki-laki lain atau kembali kepada mantan pacarku yang dulu. Yang jelas cukup sudah luka cinta yang kita buat bersama ini. Meskipun kamu tidak pernah jujur mengatakannya kepadaku, tapi aku tahu bahwa kamu tidak bahagia dengan perkawinan kamu.
Mau bukti ? sudah jelas bukan ? kamu tidak akan datang padaku dengan nama andre dan mengatakan “ aku cinta kamu “
***
Kamu datang padaku dengan nama andre,
“ Nama yang bagus ” pikirku saat itu.
Nama yang indah bila disandingkan dengan namaku didalam surat undangan yang berwarna merah muda. “ MENIKAH : ANDRE DAN JUWITA “ tidak malu maluin dan gaul banget. Tapi buru-buru kamu meralat dengan air mat amengalir disudut matamu.
“ Maaf ” katamu tersedu. Pelan nyaris tak kudengar.
“ Namaku bukan Andre, tapi Jumino, biasa dipanggil Bondes ”
“ Brengsek ” umpatku dalam hati sambil menatap bibirmu yang tebal. Kuakui bibir itulah yang membuat aku terbayang-bayang tiap malam, dan bibir itu pula yang telah melumat lembut setiap jengkal tubuhku.
“ Mengapa baru kamu katakan sekarang ?” tanyaku menahan marah.
“ Karena aku malu dan minder dengan nama itu “
“ Biarpun itu nama pemberian orang tuamu ?” kamu tidak menjawab, hanyak menunduk penuh penyesalan. Apakah kamu benar-benar menyesal, aku tak tahu. Tapi kamu terdiam, lama sekali, hingga aku jemu menunggu kalimat yang akan keluar dari mulutmu.
“ Lantas apa maksudmu mengatakan kebenaran ini? Mengapa tak kau biarkan aku larut dalam kebohongan ini dan memujamu sebagai andre, bukan jumino. Nama yang ndeso.”
“ Karena aku mencintaimu dengan setulus hati, bukankah sejak awal hubungan kita selalu dilandasi rasa saling percaya dan jujur? Apakah kebohongan sekecil ini melunturkan cintamu padaku ?”
“ Sebetulnya memang hanya sebuah kebohongan kecil, tapi kamu terlambat mengatakannya. Mengapa tidak dari dulu saat aku mulai bergumul dengan rayuan gombalmu? Kebohongan itu kini telah membesar seperti bola salju yang terus menggelinding. Saat kita memutuskan untuk menikah, mengapa baru kamu katakan hal yang menyakitkan ini ?”
“ Tapi...bukankah hanya sebuah nama ?”
“ Ya...sebuah nama, tapi itu adalah awal dari hubungan kita. Lagi pula itu adalah sebuah do’a yang diberikan oleh orang tuamu melalui nama itu. Bagaimana kamu bisa menghargai diriku, sementara nama yang indah dari orang tuamu tidak kamu hargai?
Aku justru meragukan rasa cinta yang mengalir dalam darahmu itu, benarkah kamu mencintaiku ? apakah ini bukan sebuah kebohongan yang menyebalkan ?”
“ Maafkan aku...justru dengan kebenaran yang aku katakan saat ini adalah bukti bahwa aku benar-benar mencintaimu. Karena aku tidak mau kamu larut dalam kebohongan ini.”
“ Aku tidak hanya larut, aku sudah hanyut dengan cinta dan perasaanku. Kamu benar-benar brengsek. ”
Aku pergi setelah kamu mencoba menghentikan aku. Tapi amarahku malam itu sudah tidak bisa aku bendung lagi, hingga keluar kata-kata kotor yang keluar dari mulutku. Kata yang tidak pantas aku ucapkan pada calon suamiku. Maafkan aku. Aku menyesal dengan sikapku malam itu. Apakah kamu marah dengan tamparanku di pipi sebelah kananmu? Kuharap tidak.
Tapi ternyata aku salah, kesalahan terbesar dalam hidupku adalah mempercayaimu. Pagi itu aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu bergandengan mesra dengan seorang wanita yang membuncit perutnya. Runtuh sudah seluruh langit diatas dan menimpa diriku yang direndam gulana.
“ Kamu benar-benar brengsek “ teriakku sekeras mungkin dalam hatiku.
Kota minyak cepu
30 november 2005