
Salah satu dari tiga hal yang di rahasiakan Allah, menyusul berikutnya adalah jodoh dan mati. Untuk jodoh mungkin aku tak terlalu merisaukan karena aku sudah menikah, dikaruniai dua orang anak laki-laki yang gagah. Begitu juga dengan mati, walaupun dengan keterpaksaan, siap atau tidak aku akan menyongsongnya. Tapi kalau rizki…ah aku sampai pusing memikirkannya.
Setiap anak yang dilahirkan di dunia membawa riskinya sendiri-sendiri, entah itu dititipkan lewat orang tuanya atau ketika dia besar nanti menjadi orang kaya raya dan sukses. Untuk itulah orang jawa berpendapat banyak anak banyak rejeki. Orang tua yang semula hanya kerja dipasar menjadi pedagang kecil-kecilan mendadak bisa membuka bermacam macam cabang dan gerai di setiap sudut kota. Sama seperti yang dialami salah seorang temanku yang beberapa waktu lalu diangkat menjadi pegawai negeri. Padahal semula hanya guru tidak tetap di sebuah yayasan. Anak itupun belum lahir, baru berusia tiga bulan dalam kandungan. Sama seperti Muhammad yang ditinggal mati Abdullah. Tapi sudah membawa riski dan perubahan yang besar pada orang tuanya.
Hal yang sama juga aku alami, beberapa hari setelah idul fitri tepatnya tanggal 24 september 2009 lahirlah anak keduaku yang berjenis kelamin laki-laki dan kuberi nama Muhammad fahri shidiq Abdullah. Aku mendapatkan nama itu dari buku ayat-ayat cinta karya habiburrahman el shirazy seorang penulis fiksi islami jebolan universitas al azhar cairo. Beberapa hari sebelum dia lahir tepatnya ketika ramadhan uang tunjangan kesejahteraan guru cair. Tahun kemarin uang tersebut harus dikembalikan kepada sekolah karena seorang guru tidak boleh menerima tunjangan dobel, selain itu yang menerima hanya dua orang guru. Untuk tahun ini peraturan tersebut direvisi karena yang menerima tunjangan itu sepuluh orang guru. Guru mendapat 50% dari uang tunjangan itu dan sisanya diberikan epada sekolah untuk disalurkan kepada para guru yang tidak mendapat tunjangan dobel. Besarnya lumayan hampir setengah juta rupiah.
Kemarin ketika aku mengikuti test cpns pemda blora aku yakin sekali akan lolos dan menjadi pegawai negeri, karena melihat awal kelahiran anakku yang menyenangkan mendapat banyak riski. Namun nyatanya tidak seperti yang kuharapkan. Mungkin aku memang tidak boleh menyerah seperti kata d’massive yang mengiringi aku menulis cerita ini.
Jangan menyerah…..
Jangan menyerah…..
Jangan menyerah….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar