Kamis, 28 November 2019

Waiting for You

Pesawat yang akan aku tumpangi sebentar lagi akan take off. Namun sayang seseorang yang aku tunggu tak juga kunjung datang. Rasanya airmata ini sudah kering karena sejak setengah jam yang lalu telah mengalir deras. Haruskah aku membatalkan kepergianku ke Jepang? Negara yang selama ini aku impikan. Dan aku beruntung sekali karena mendapat beasiswa untuk belajar disana selama dua tahun. Sahabatku Nila yang ada disamping meremas lembut tanganku, seolah mengatakan kita akan terlambat kalau terus menunggu Farid. Dan mau tidak mau aku memang harus segera pergi. Didalam pesawat airmata itu turun lagi. Padahal aku sudah yakin tadi sudah tumpah ruah di bandara, kenapa sekarang harus muncul lagi? Karena ada banyak orang akhirnya aku menahan jatuhnya airmataku dengan sedikit tergugu dan tersengal. Mungkin Tuhan tidak menakdirkan aku hidup bersama dia. Farid, begitu namanya saat dia menjabat tanganku memperkenalkan diri, Dia adalah seorang guru swasta di sebuah madrasah yang ada di ujung timur pulau jawa. Meski hanya guru yayasan namun dia kelihatan sangat bahagia dengan kegiatan sehari-harinya sebagai seorang guru. Anak didiknya yang hampir ratusan menaruh respect sekali kepadanya. Pendidikan karakter yang digaungkan oleh pemerintah sepertinyaberhasil di daerah ini. Karena tidak ada anak yang menggunakan bahasa jawa ngoko. Semuanya sopan. Kalaupun mereka tidak bisa berbahasa jawa, mereka menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Sehingga tercipta jarak yang sangat santun antara guru dan murid. Pak Farid mengajar di kelas sepuluh, dia mengajar ilmu fiqh (Tata cara beribadah) kepada para murid-muridnya. Selain itu dia juga menjadi wali kelas di kelas X-A. Kelas yang selalu menjadi kelas favorit setiap tahun. Saya datang ke sekolah tersebut untuk melakukan riset pendidikan. Riset itu sangat saya perlukan untuk melengkapi tugas akhir saya meraih gelar magister pendidikan.

belajar bersepeda lagi

Kesibukan di semarang selain ngampus (kuliah) adalah baca buku. Namun jika sering baca buku, kadang ada sesuatu yang tidak sesuai dengan buku itu dan ingin kutulis sendiri. Seperti minggu ini, saya baru saja membaca bukunya Langit Kresna Hariadi. Penulis buku bestseller "Gajahmada". Buku itu ternyata adalah buku pertama beliau sebelum namanya terkenal seperti sekarang ini. jadi ini adalah ide orisinal beliau. Parahnya yang diceritakan adalah tentang perselingkuhan, yang mungkin berdasarkan truestory. Bisa jadi ada tetangga beliau yang dijadikan lakon, namun tentunya dengan nama yang disamarkan. Seperti Gimpul dan Darmadi. Dua tokoh yang doyan banget dengan perempuan. Bahkan menganggap hubungan sex adalah jamu yang mujarab untuk mengatasi berbagai masalah, apalagi dapat yang perawan dan cantik, bisa jadi vitamin plus-plus. By the way... Bicara soal tulis menulis mengingatkan aku pada dua redaktur Suara Merdeka yang dulu pernah membimbing kami di grup kantin banget. Sebuah komunitas remaja sejawa tengah. Namanya Budi Maryono dan Sutopo Wintarto. Karya mereka sudah keluar masuk gramedia dan sering menjadi bestseller, meski pasar yang mereka tembak adalah pasar remaja. Mereka mengibaratkan menulis itu seperti naik sepeda, kalau kita tidak naik sepeda setiap hari, dijamin kita gak bakalan bisa menulis dengan baik, bahkan mungkin yang remeh temeh seperti tanda baca, dan juga huruf besar kecil ketika berada di dalam tulisan. Dan ketika berada di Semarang ini, mau tidak mau aku harus belajar bersepeda lagi agar mempunyai tulisan yang berkualitas. Mengingat dalam dua tahun ini aku harus menyelesaikan program magisterku agar bisa lanjut program doktoral. Boleh dong aku bercita-cita setinggi mungkin, semoga jatuhnya tidak terlalu sakit. Dulu awal aku menulis dimulai dari keisenganku menulis surat untuk perempuan yang aku cintai, mulai dari adik kelas sampai kakak kelas yang menurutku cantik, karena aku orang yang minder dan tidak pandai mengungkapkan perasaan, maka aku menulis surat dan aku berikan kepadanya. tidak peduli bagaimana tanggapan mereka, ada yang menerima, namun banyak juga yang ditolak. keisengan sejak MTs itu berlanjut hingga aku sekolah di aliyah, seorang guru bahasa indonesia menawariku untuk mencari sahabat pena, istilah baru yang membuat aku mengenal gadis dari daerah lain, lalu sebuah majalah sastra horison yang ketika itu masih terbit dengan harga terjangkau, aku membolak balik halaman demi halaman majalah itu. dan aku tertarik sekali dengan sosok yang bernama evri riski monarshi, seorang mojang dari purwakarta, jawa barat. alhamdulillah suratku dibalas dan kami menjadi sahabat pena selama beberapa bulan. kini saat menulis menjadi sebuah kebutuhan maka mau tidak mau aku harus menulis lagi, kadang mata terasa pegal dan berair setiap kali di depan netbook, mungkin sudah saatnya memakai kacamata. ketika membaca bukupun rasanya juga agak perih. sambil menikmati kebiasaan lama yang muncul kembali, tak ada salahnya aku terus belajar.

Rabu, 27 November 2019

Hal yang Paling Menjengkelkan

Sudah hampir tiga bulan saya disini, di ibukota Jawa Tengah untuk menuntut ilmu dari jalur beasiswa di sebuah universitas milik swasta. Bukan tanpa perjuangan yang berat, kehidupan di ibukota ternyata lebih kejam. Sudah dua kali saya ditilang polisi lalulintas karena tidak kelihatan rambu-rambu di jalan. Belum lagi harus menghapalkan rute-rute ke toko buku (tempat favorit saya). Bahkan lapak buku bajakan juga tak luput dari pencarian saya. Intinya dua tahun kedepan, saya harus berubah. Tidak muluk-muluk, hanya ingin jadi guru yang baik. Beberapa teman di Semarang yang kebetulan juga seorang guru senior dan bergelar guru profesional selalu punya trik tersendiri untuk mengajar. Saya benar-benar salut sama beliau, Sayang karena kesibukan beliau kita belum bisa ketemu, hanya curhat aja lewat Facebook sambil menikmati tulisan beliau. Hari ini karena kesibukan beberapa dosen, kelas kosong. Hal yang bisa saya lakukan adalah membaca buku. Kegemaran saat masih duduk di bangku SD. Potongan koran yang digunakan untuk membungkus nasi pecel saat beli sarapan saja, harus saya baca dulu sebelum akhirnya dibuang ke tempat sampah. Hidup boleh kekurangan, namun aktifitas iqro' seperti wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad harus terus berjalan. selain koran, majalah dan buku pelajaran, tidak lupa membaca kitab suci Alquran, meski porsinya lebih kecil, hanya selembar. Untung kegiatan itu bisa rutin sehabis magrib, jadi tidak lupa dengan agamanya. Kalau untuk membaca buku, jangan tanya. Bisa berjam-jam. Apalagi saya pengidap insomnia. Penyakit sulit tidur yang sudah saya derita sejak berseragam abu-abu. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena perempuan. Daripada waktunya useless lebih baik saya gunakan untuk membaca buku. sialnya buku pelajaran kadang membosankan juga. dan yang jadi sasaran apalagi kalau bukan novel. Kalau buku novelnya telah habis dan belum ada uang untuk beli yang baru, kadang saya baca cerpen hasil kliping saya. Dulu sebelum saya menjadi guru, saya adalah seorang karyawan toko pakaian di kota cepu. sebelum dimasukkan kedalam kantong plastik. Pakaian apapun harus dibungkus koran. saat akan mengambil koran dan tidak sengaja pada bagian cerpen atau ulasan, opini dari pendapat para ahli selalu saya sisihkan. ketika toko tutup saya akan membawa pulang beberapa lembar koran yang sudah saya sisihkan tadi, tentunya setelah mendapat ijin dari yang punya toko. Kadang beliau bertanya "Buat apa toh mas kok setiap hari bawa koran bekas?" Spontan saya menjawab "Buat bacaan saja di rumah kok bu..." Nyatanya sesampai di rumah artikel-artikel di koran tadi, yang berupa cerpin dan opini saya gunting. Lalu saya tempel pada sebuah buku ukuran besar. Lumayan bisa mengumpulkan pendapat para ahli. meski kadang yang dibahas tidak saya sukai. misalnya masalah ekonomi. ironis banget. hidup susah masih disuruh membaca pendapat para ahli agar berhemat untuk mengatasi ekonomi yang terus merosot. Lha emangnya saya boros? makan aja hanya sehari sekali. itupun setelah terdengar adzan maghrib. bahasan yang paling saya sukai adalah berita politik, wisata dan juga pendidikan. meski saya bukan lulusan fakultas pendidikan, namun entah kenapa senang sekali dengan cara belajar dari orang-orang sukses. Tak tahunya setelalh lulus kuliah malah ditawari menjadi guru. meski awalnya saya menolak karena memang saya bukan dari fakultas pendidikan, toh akhirnya saya terima juga. hitung-hitung cari pengalaman dan mengamalkan ilmu yang sudah saya dapat. saat itu belum ada aturan linerisasi pendidikan. jadi lulusan fakultas apapun bisa menjadi guru asal punya akta empat. namun saya tidak ambil akta empat karena keterbatasan dana. sampai-sampai pernah ada kebijakan guru bisa menerima tunjangan profesional, meski tidak dari fakultas pendidikan. Namun harus meng-upgrade diri dengan linierisasi pelajaran yang diampu. dan saat ini saya berada di ibukota jawa tengah, dalam rangkahuntuk upgrade diri, meski saya tidak menerima tunjangan profesional, namun ada wacana bahwa guru yang sudah menyelesaikan program magister bisa menerima tunjangan profesi tanpa PPG.

Selasa, 26 November 2019

Phoenix

Bapak berpesan kepada saya agar saya bisa menjadi burung Phoenix. burung yang bisa re-born dari abu kematiannya sendiri. Burung Phoenix adalah burung yang sangat unik. Saat dia sekarat, tubuhnya akan terbakar lalu dia mati. Anehnya abu dari pembakaran dirinya selalu bisa melahirkan dirinya kembali dalam wujud baru. bayi burung. Selain itu airmata dari burung Phoenix bisa mengobati luka fisik, seperti tergores pisau atau lebam. Aku kadang selalu membayangkan, bagaimana seandainya aku minum airmata burung Phoenix. Bisakah mengobati luka hatiku. Namaku Sri. aku gadis remaja yang baru lulus SMA. Bertubi-tubi ujian hidup aku jalani. Selain kehidupan keluarga yang kesrakat, Aku mempunyai seorang pacar yang bajingan. Dia nekat pergi ke Jakarta setelah kuberitahu kalau aku hamil. Dia berdalih "kita melakukannya suka sama suka" Gila...! Kesucianku dianggap sebagai barang mainan, dan yang lebih parah lagi korbannya tidak hanya aku. mantan pacarnya yang lain, yang jumlahnya tidak bisa dihitung dengan jari juga pernah mengalami hal yang sama. Sialnya dari semua pacarnya itu, hanya aku yang hamil. Harus kusembunyikan dimana mukaku, belum lagi orangtua yang jelas-jelas akan jadi bahan gunjingan warga. Tak ada pilihan lain bagiku selain menikah, dengan siapa saja yang mau. Bapak kelabakan mencarikan laki-laki yang mau menikah denganku untuk menutupi aib diriku. Semakin deras airmata mengalir saat perutku semakin lama semakin membesar. Akhirnya pilihan bapak jatuh kepada seorang pegawai bank titil yang sering narik ke rumah. Sialnya lagi pegawai bank titil itu sudah punya anak dan istri. Maka aku harus jadi istri keduanya. Dan pernikahan yang tak pernah aku kehendaki itu terjadi. Rasanya kejadian itu sangat cepat, dan memang itu yang aku harapkan. Aku ingin semuanya segera berlalu. Setelah aku melahirkan anak ini, aku akan minta cerai dari mas ari, begitu nama suamiku. Sayang tekadku harus pupus setelah aku melahirkan anak pertamaku, dokter mendiagnosa aku hamil lagi. Tapi kali ini dari hubungan yang sah, suami yang tidak aku cintai.to be continued...

Selasa, 19 November 2019

from zero to be hero

dia adalah gadis mungil yang baru lulus SMA beberapa bulan yang lalu. keinginannya untuk meringankan beban orang tua begitu besar, sehingga setelah lulus ia memilih bekerja daripada kuliah. Padahal nilai di ijasahnya juga tidak terlalu buruk. bahkan dia bisa mencari beasiswa dengan nilai tersebut. namun tawaran bekerja di pabrik tekstile di jawa timur sangat menggiurkannya dan akhirnya dia memilih bekerja saja. dia pikir kuliah bisa kapan saja. bahkan guru kesayangannya pernah memotivasi dia untuk kuliah setelah menikah. mempunyai anak dan suami bukan hambatan untuk terus belajar, kita harus meng-upgrade pengetahuan dan skill kita agar tidak ketinggalan jaman. caranya lewat apa lagi kalau tidak belajar(kuliah). baru sebulan bekerja disana dia mengalami masalah dengan rekan kerjanya. situasi yang menyenangkan berubah drastis, sering ditegur oleh pengawas dan menyebabkan dia tidak nyaman. padal baru dua kali dia menerima gaji. harapan agar bisa menabung untuk kuliah pupus sudah saat dia diminta membuat surat pengunduran diri karena difitnah oleh rekan kerjanya. daripada di pecat dan akan punya catatan buruk dalaam pekerjaan dia memilih untuk resign. sebulan nganggur di rumah dia coba-coba browsing situs pencari pekerjaan, anehnya pada bulan-bulan ini yang terupdate justru penerimaan pegawai negeri sipil. dan akhirnya dia coba-coba untuk ikut. tidak ada yang salah dengan mencoba, toh niatnya baik. dan formasi yang ada untuk lulusan SMA adalah penjaga tahanan di kementerian hukum dan HAM. dia sempat pesimis apakah saya, seorang perempuan bisa menjadi penjaga tahanan. meski tahanan yang dijaga adalah perempuan, namun bagaimanapun yang namanya tahanan pasti pernah melakukan perbuatan kriminal dan sudah dibuktikan di pengadilan sehingga dia harus ditahan. pasti orangnya jahat dan menakutkan. berbagai macam pikiran berkecamuk. sehingga dia bimbang. namun demi kehidupan yang lebih baik akhirnya dia putuskan untuk ikut dan berharap semoga dia bisa lulus menjadi penjaga tahanan wanita di kemenkumham. alhamdulillah berkat doa dari teman dan juga restu dari orangtuanya dia lolos menjadi pegawai negeri sipil. dan di tempatkan di propinsi jawa tengah. sempat pesimis saat beberapa teman menertawakn dirinya yang mungil. dalam arti kecil, tingginya hanya 160 cm. dan bobotnya sekitar 40 kg. namun dia berhasil membungkam semua mulut yang mencibir dirinya dan kini dia memakai seragam pegawai negeri sipil. setelah mengikuti diklat selama beberapa bulan dan akhirnya di tempatkan di salah satu rumah tahanan di semarang. dia menjadi penjaga tahanan untuk kasus KDRT. dimana seorang perempuan tega membunuh suaminya sendiri karena hobi selingkuh. padahal darinya sudah di karuniai tiga orang anak.

Kamis, 14 November 2019

hari pertama

Kang mukhlisin diangkat menjadi kepala sekolah setelah menyelesaikan studinya di sebuah universitas swasta di jawa tengah. Pengangkatan beliau sebagai kepala sekolah bukan tanpa alasan, selain beliau sangat concern terhadap pendidikan di lingkungannya, semua guru dilingkungannya bergelar sarjana. Hanya kang mukhlisin, satu-satunya guru yang bergelar doktor. Itupun diraih melalui jalur beasiswa. Sungguh sebuah pencapaian yang sangat luar biasa. Langkah pertama yang dilakukan kang mukhlisin agar menjadi kepala sekolah yang berkompeten, beliau ingin agar seluruh siswa di sekolahnya terutama yang sudah kelas XII bisa lulus 100 persen. Apalagi ujian nasional di sistem pendidikan kita menggunakan komputer, oleh karena itu kang mukhlisin ingin agar semua siswa punya komputer paling tidak laptop lah, seandainya mereka lulus nanti dan ingin melanjutkan kuliah, laptop tersebut masih bisa digunakan. “Lalu bagaimana dengan yang tidak melanjutkan pak? Kan sama saja dengan buang-buang uang?” Tanya pak malik, guru mapel PAI “lho… pak malik ini gimana? Sekarang ini kan kita hidup di jaman milenial, semua orang pasti akan butuh laptop. Kalaupun ada siswa yang tidak melanjutkan dan bingung laptopnya mau diapain suruh kesini aja. Sekolah siap menerima sumbangan laptop dari siswa baik yang baru maupun bekas. Lagipula mereka kan masih punya adik atau saudara yang suatu saat nanti akan ujian menggunakan laptop.” Jawab kang mukhlisin Pak malik manggut-manggut mendengar jawaban dari kang mukhlisin.

Rabu, 13 November 2019

PERCAKAPAN MAS SANTRI DENGAN KANG ABANGAN (lebih mantap dibaca sambil minum kopi)

Santri : “lho kang, kamu baru saja makan babi ya?” Abangan : “iya, kenapa?” Santri : “babi itu haram lho kang, udah di syariatkan dalam agama!” Abangan : “lho itukan babi saya sendiri, saya pelihara sejak kecil, saya rawat dengan memberi makan setiap hari, setelah beranak pinak dan besar, bolehkan saya menyembelihnya? Wong saya juga butuh lauk pauk untuk makan.” Santri : “iya kang, itu benar. Tapi yang kamu pelihara itu adalah binatang yang sudah di nash di dalam al Quran, kitab suci umat islam, bahwa babi itu haram. Jangankan memakannya, memelihara pun sebetulnya juga haram. Karena nanti kamu akan menjual babi-babi yang lain, anak-anak dari babi itu kepada orang lain, sehingga jual beli yang kamu lakukan itu juga haram. Uang yang kamu dapat untuk menafkahi anak istrimu juga uang haram. Coba bayangkan bagaimana jadinya bila anak istri kita dinafkahi dari barang haram. sudah banyak buktinya kang, keluarga yang dinafkahi dari barang haram akan menghasilkan anak-cucu dan keturunan yang sangat sulit diatur. Istri atau pasangannya pun akan sering ngambek, tidak pernah merasa puas dengan apa yang diberikan oleh suaminya, sehingga ada rasa kurang, kurang dan ingin lebih banyak lagi. Padahal penghasilannya dari barang haram berupa memelihara babi dan menjualnya.” Abangan : “mohon maaf sebelumya, mas santri ini mencontohkan kehidupan siapa? Selama ini keluarga saya baik-baik saja. Anak saya yang paling besar sebentar lagi akan di wisuda menjadi seorang dokter di universitas ternama. Anak saya yang ke-dua baru SMA, dan kemarin mewakili Indonesia dalam olimpiade matematika di luar negeri. Dan anak saya yang ketiga kemarin lulus SMP dengan nilai ujian nasional terbaik se-kabupaten. Anak saya yang paling kecil kemarin masuk tivi, ikut lomba da’I cilik di tivi swasta, padahal dia baru kelas tiga SD. Semua anak saya tidak sulit mengaturnya. Mereka semua manut-manut meski saya biayai dari hasil ternak babi. Istri saya sendiri juga nriman, meski saya jelek ban bauk tapi dia cinta mati sama saya, buktinya sekarang dia hamil anak saya yang kelima dan sekarang sudah berusia tujuh bulan kehamilannya. Saya kasih nafkah sehari sepuluh ribu rupiah tidak pernah protes. Kalau ada keuntungan besar saat jualan babi saya kasih seratus ribu per hari juga gak kaget, dia malah pinter menyimpan uang untuk kebutuhan sehari-hari. “Mas santri gak usah mengada-ada dengan mengatakan istri tidak pernah puas dan anak-anak sulit diatur, nyatanya keluarga saya baik-baik saja. Coba mas santri mengaca pada diri sendiri, bagaimana kehidupan njenengan sendiri? Saya dengar anak njenengan yang mondok kemarin di ta’zir karena ketahuan ghosob barang milik temannya. Anak njenengan yang paling besar katanya terancam DO karena tidak bisa bayar uang kuliah. Bahkan yang paling miris anak njenengan yang putri, setiap hari pulang diantar oleh orang yang berbeda, yang usianya sama dengan njenengan, orang yang lebih pantas jadi bapaknya. Lalu bagaimana dengan istri njenengan yang punya utang banyak sekali di setiap warung, bahkan warung-warung menolak memberikan hutangan lagi karena sudah terlalu banyak hutangnya. Dan hanya diberi janji akan dibayar setelah suami saya dapat uang atau gajian. Padahal njenengan setiap kali gajian selalu dipakai untuk membayar sekolah dan kuliah anak njenengan. Sisanya tinggal beberapa ribu untuk bertahan sebulan. “Lalu mana kehidupan yang njenengan gambarkan tidak bahagia? Kemarin njenengan diberi kambing oleh si fulan, padahal fulan itu dapat kambingnya dari mencuri. Dia tahu akan digerebek warga, makanya memberikan kambing itu pada njenengan agar segera disembelih. Dagingnya dibagi dua antara njenengan dengan si fulan. Apabila warga mau menggeruduk njenengan mereka jelas tidak berani karena njenengan tokoh agama di desa ini. Mereka lebih memilih diam dengan sumpah serapah dipendam dalam hati karena mereka mengetahui bagaimana kehidupan njenengan. Apakah kambing yang njenengan makan bersama fulan itu halal? Saya tahu kambing itu halal. Bahkan termasuk salah satu binatang yang wajib di zakati, namun jika kita mendapatkannya dengan cara mencuri atau menipu orang, apakah tidak bisa jadi haram? “Njenengan ibarat nguyahi segara bila bicara tentang halal dan haram dengan saya. Saya tahu apa yang saya lakukan adalah salah, namun saya tidak butuh pembenaran dari siapapun atas perbuatan yang saya lakukan. Hampir setiap bulan selalu ada majlis taklim atau panitia pembangunan yang datang kerumah untuk meminta sumbangan pengajian ini atau pembangunan itu. Dan saya welcome terhadap mereka, menyumbang sepantasnya. Apakah njenengan juga melakukan hal yang sama? menyedekahkan uang halal yang njenengan dapatkan? Saya sendiri curiga njenengan kesini sepagi ini untuk meminta sumbangan karena saya tahu njenengan dipecat dari pekerjaan njenengan karena ketahuan korupsi!” Seketika memucat wajah mas santri dan pergi begitu saja meninggalkan kang abangan yang sedang menyeruput kopi.

Jumat, 27 September 2019

Masjid

ternyata pusat peradaban islam masih terpusat di masjid. baru beberapa hari berjamaah di masjid alhidayat gunungpati, sudah kenal dengan beberapa orang. mulai dari para pendatang, para pensiunan, bahkan orang yang muqim di sekitar masjid. kebetulan pada hari ahad, 29 september ada pengajian dalam rangka memperingati tahun baru islam 1441, yang dihadiri oleh habaib di kota semarang. beberapa teman baru meminta agar bisa datang dan meramaikan acara tersebut. sungguh senang sekali bisa mempunyai banyak teman. hal yang sama juga pernah saya lakukan di desa ledok. ketika baru pertama datang dan belum kenal siapa-siapa tempat pertama yang aku tuju adalah masjid. disana ada pengajian rutin selapanan, ada berjanjen setiap seminggu sekali dan juga acara yang yang sifatnya insidental. bahkan tak jarang diajak/diundang warga untuk ikut tahlilan. dengan niat silaturahmi untuk menambah persaudaraan, maka aku selalu datang jika ada waktu luang. alhamdulillah kepercayaan masyarakat semakin tinggi, dari jamaah biasa naik menjadi imam di sholat jumat, atau menjadi imam tahlil. disini di semarang ini, saat akhlis dan hidayat pulang kampung, aku semakin rajin pergi ke masjid begitu mendengar suara adzan.

Dua Hari

petualangan hari ini masih sama dengan kemarin, mencari bank muamalat. karena saya mempunyai rekening di bank tersebut. ditambah dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) meski preminya kecil, namun lumayan untuk menyisihkan uang dengan cara menabung. karena agak dipaksa sedikit. karena setiap kali pegang uang pasti lupa dengan kebutuhan di masa datang, kalau tidak dipaksa seperti ini pasti tidak punya tabungan. kemarin sudah nyari sampai simpang lima. anehnya kenapa mesti cari di daerah pandanaran (banjir kanal semarang) padahal di daerah masjid baiturrahman semarang ada cabang bank muamalat. sempat tanya sama tukang ojek online, yang kebetulan sedang mangkal di simpang lima situ. tapi dianya tidak nunjukin kalau disekitar situ ada bank muamalat. karena pertanyaan saya jalan pandanaran, PMI kota semarang. dan yang terakhir baru bank muamalat. udah berbekal google map. dengan harapan tidak akan tersesat. namun nyatanya malah kebablasan nyabrang jembatan banjir kanal. daripada muter, dan arus lalu lintas selalu ramai, maka saya memilih untuk jalan terus dan kembali ke kampus unwahas di daerah kalipancur semarang. alhamdulillah perjuangan kali ini membuahkan hasil, dengan terus mengikuti bantaran sungai akhirnya ketemu juga bank muamalat indonesia. dan berdoa saja semoga rekening tabungan dan DPLK nya masih bisa diselamatkan.

Jumatan

Ini adalah tempat aneh kedua yang saya datangi yaitu masjid. biasanya selesai sholat jumat membaca surat alfatihah 7 kali, al-ikhlas 7 kali. al-falaq 7 kali, dan an-naas 7 kali. namun tidak di masjid alhidayat gisiksari gunungpati semarang. masjid yang letaknya dekat sekali dengan kampus 2 universitas wahid hasyim semarang. dimana setelah selesai sholat jumat imam diam saja, wiridan tapi tidak dikeraskan lewat mikropon. sama seperti di desa ledok kecamatan sambong, tempat aku tinggal. bedanya dzikirnya di keraskan dan menggunakan mikropon, tetapi yang dibaca bukan sab'an-sab'an. yang dibaca adalah dzikir/wirid yang biasa dipakai sehabis sholat fardhu. dulu aku pernah menanyakan kepada takmir masjid di desa ledok itu, bagaimana kalau kita merubah wirid/dzikir setelah sholat jumat dengan sab'an-sab'an seperti di masjid-masjid NU di cepu. namun jawaban takmir ketika itu, "perlu pembahasan/kesepatan dengan jamaah. karena sebentar lagi akan re-organisasi takmir masjid ledok. biasanya kalau ada perubahan kita sampaikan disana." setidaknya saya sudah menyampaikan agar wiridnya dirubah seperti yang pernah saya alami di masjid-masjid NU di kota cepu. yang rata-rata wirid/dzikirnya menggunakan sab'an-sab'an.

semarang day

hari ini adalah hari kedua aku disemarang. hari dimana tidak ada teman di kost yang menemani. karena dua temanku, akhlis dan hidayat sedang pulang kampung. akhlis ke kudus dan hidayat ke jepara. mereka adalah salah satu penerima beasiswa s2 fiqh di universitas wahid hasyim semarang. mereka semua sudah menikah, namun akhlis jauh dari istrinya, karena berada di lampung. akhlis mengajar disana. alasan dia memilih beasiswa di unwahas karena dekat dengan kampung halamannya, yaitu kudus. akhlis mengajar di sebuah MI swasta di waykanan, lampung. sedangkan hidayat masih terbilang pengantin baru, karena baru dua bulan menikah, jadi saat ini adalah saat yang paling indah bagi dia dan istrinya. hidayat mengajar di MA. jadi klop, kelompok kami adalah guru dari satuan yang berbeda. kadang kami sering berkelakar, setelah lulus s2 nanti akhlis akan jadi kepala MI, aku jadi kepala MTs, dan hidayat jadi kepala MA. kalau kita bisa mendirikan sebuah sekolah baru dalam satu yayasan, pasti akan sangat seru.

Kamis, 26 September 2019

menuju propinsi jawa tengah

akhir 2018 aku beberapa kali ke semarang, ibukota propinsi jawa tengah untuk mengikuti test CPNS. besar harapanku di usiaku yang sudah genap 35 tahu aku akan menjadi abdi negara. aku optimis bahwa diusia terakhir mengikuti test CPNS aku akan diterima. namun kehendak tuhan berbeda dengan apa yang aku cita-citakan. meski aku lolos ke tahab SKB namun perolehan rangkingku di nomor 34. padahal yang dibutuhkan untuk guru fiqh se jawa tengah adalah 33. dengan tangis yang tak bisa keluar dari mulutku, dengan airmata yang tak bisa mengalir dari mataku. aku terima takdir tuhan dengan lapang dada. karena guruku pernah berpesan jangan pernah putus asa. gagal adalah kesuksesan yang tertunda. awal tahun 2019 aku diangkat sebagai petugas PPK (panitia pemungutan Kecamatan) di kota cepu. meski gaji yang kuterima tidak seberapa namun aku bahagia bisa ikut mensukseskan program pemerintah lima tahun sekali. sayang jabatan itu hanya berlangsung selama enam bulan, karena pemilu 2019 dilaksanakan di bulan april. setelah masa jabatan itu habis, aku kembali disibukkan dengan kegiatan sekolah mulai dari penerimaan peserta didik baru dan masa orientasi sekolah. karena di sekolah kami tidak ada TU, maka aku ditunjuk sebagai TU sementara untuk menyelesaikan masalah administrasi sekolah seperti penulisan ijasah dan membuat surat keluar/masuk. fasilitas yang aku dapatkan adalah internet gratis yang hanya bisa di akses di sekolah. kesempatan ini tidak aku sia-siakan, aku lalu mencari info tentang beasiswa di kemenag. begitu tahu ada aku langsung mendaftar. dan alhamdulillah aku di terima di program pascasarjana universitas wahid hasyim semarang dan mengambil konsentrasi ilmu fiqh. karena ijasahku hanya linear dengan mapel fiqh. maklum aku adalah sarjana hukum islam (SHI). kini aku memulai hidup baru disemarang, berat rasanya meninggalkan anak istri, namun demi harapan agar masa depan lebih baik dan terjamin aku menjalani semuanya dengan ikhlas. dari sekolah memberikan ijin untuk cuti belajar selama dua tahun, dan aku disini bertemu dengan teman-teman baru. guru fiqh se-jawa tengah yang jumlahnya ada 17 orang. dengan niat tholabul ilmi ilal lahdi, umtuk mencari ridho tuhan. semoga aku bisa menyelesaikan studi ini tepat waktu, karena ini adalah beasiswa. artinya jika molor seperti s1 dulu sekolahnya harus bayar sendiri. mohon doanya ya teman-teman semua.