Senin, 15 Juni 2009

surat untuk mas tofa

Maaf ya...sebetulnya sejak semula aku tidak tertarik dengan mlm. Tapi entah kenapa setiap kali aku mengeluh tidak punya uang kamu selalu menyarankan aku agar ikut mlm. Dan akhirnya kamu sukses mem prospek aku, sehingga aku tertarik mengikuti mlm, biarpun jauh di dalam lubuk hatiku aku ingin berontak. Tapi karena kebaikanmu aku tidak tega menolak ajakanmu, dan akhirnya aku ikut mlm sesuai dengan harapanmu. Tentu kamu senang kan ? karena memang itu yang kau harapkan. Masih ingat gak saat kamu mengajakku untuk daftar GPIndo di blora waktu itu? Aku meminta agar kamu mau memberiku pinjaman 200ribu rupiah agar aku bisa membayar motor. Akuk bukannya memanfaatkan kamu, tidak! Aku hanya minta tolong agar aku bisa membayar motor, soalnya sudah deadline. Kalau terlambat bisa-bisa aku kena denda. Dan yang paling parah adalah aku takut kalau motorku di tarik oleh dealer. Aku takut sekali, karena hanya itu alat transportasi yang aku miliki untuk bekerja.
Hubungan kita memang agak renggang sekarang setelah aku jujur padamu semalam bahwa aku tidak tertarik sama sekali dengan bisnis model mlm. Selain ribet ngurus jaringan ( downline dan up line ) yang selalu kamu banggakan. Aku hanya ingin kemudahan bagaimana caranya mendapat uang yang banyak dengan cara mudah.
Kamu tahu apa alasanku melakukan semua itu? Tak lain dan tak bukan adalah karena hanya kamu seorang yang menganggap aku sebagai saudara. Jarang lo ada orang yang baru kenal terus menganggap saudara seperti itu. Makanya hampir semua ajakanmu tidak pernak aku tolak. Akupasti mengiyakan semua yang kamu inginkan. Mulai dari sekedar menemani makan, bahkan sampai pasang iklan segala di koran tentang mlm yang kita ikuti. Biarpun aku tidak tahu dari mana aku akan dapat uang untuk membayar semua hutangku padamu. Karena setiap kali mengikuti mlm kamu selalu memberiku pinjaman dulu, agar aku bisa mengangsur.
Seandainya kamu tahu, aku bermental seperti seorang buruh atau pelayan. Aku akan melakukan apa saja yang diminta oleh seseorang yang telah membantu aku. Apapun itu akan aku lakukan asal aku bisa dan mampu. Bila kamu bertanya kapan waktu luangku, aku tidak bisa menjawab, karena aku tidak pernah memiliki waktu luang. Aku selalu sibuk dengan kegiatanku. Tentu kamu sendiri sudah tahu apa yang aku lakukan, setelah lepas dari pekerjaan toko. Tappi apabila kamu mengajakku untuk melakukan sesuatu aku pasti mau. Aku akan meluangkan sedikit waktu untuk menemanimu melakukan apa saja di sela-sela kesibukanku. Biarpun akhirnya aku tidak bisa istirahat siang. Karena bagiku merebahkan raga ini sejenak di tempat tidur sangat membantu aku dalam melepaskan segala penat sendirian. Tapi demi kamu aku rela melakukan apa saja.
Maaf bila akhirnya aku mengecewakanmu. Aku juga gak tahu kenapa aku bisa berbuat seperti itu. Mungkin sudah kodratku untuk mengabdikan diriku pada kehidupan sosial. Temanku ketika kuliah dulu pernah menggojlok aku bahwa aku memang pantas sekali untuk melakukan kegiatan sosial. Dulu aku mengadakan kursus bahasa inggris dengan biaya per bulan hanya seribu rupiah. Sangat murah sekali. Dan tak tahu kenapa aku terbawa lagi .sifat-sifat seperti itu. Aku tidak tega melihat orang dalam kesusahan. Sehingga aku turun tangan dan mencoba membahagiakannya. Biarpun sebetulnya diriku juga pantas untuk dikasihani. Tapi aku puas dan bangga sekali melihat orang lain tersenyum. Mungkin caraku salah. Tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak tahu cara yang tepat dan pantas untuk membahagiakan orang lain.
Aku tidak bisa mengatakan tidak, apabila ada orang yang datang minta tolong kepadaku, selama aku mampu dan bisa menjalani aku akan selalu membantu. Biarpun diriku juga pantas dibantu. Seperti narto yang selalu membonceng aku ketika pulang dai toko. Aku tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin membantu meringankan bebannya agar dia tidak pulang jalan kaki. Memang sih akhirnya aku menyesal karena dia menganggapku supir taksi yang bisa dijadikan langganan. Tapi niatku berubah menjadi sodaqoh. Membantu menolong orang lain yang membutuhkan.
Udah ya...maaf bila aku menulis surat ini terlalu panjang, aku tidak tahu apakah kamu membacanya atau tidak. Mungkin kamu akan mengabaikannya. Terserah kamu. Yang jelas inilah isi hatiku