Sabtu, 28 November 2020

obrolan diwarung kopi

setiap kali bertemu dengan dia, selalu saja di warung kopi. dia adalah seorang temanku yang sedang bermetamorfosis menjadi seorang abdi negara. ini adalah tes kedua yang diikuti setelah tes pertamanya gagal. dan alhamdulillah pada tes kedua ini dia lolos. namun dia sering bilang kalau keberhasilannya kali ini karena belajar dari pengalamanku yang hampir lolos sebagai abdi negara. ya abdi negara masih menjadi pekerjaan yang di favoritkan oleh anak-anak kelahiran tahun 80 an. salah satunya aku. dan karena faktor usia aku sudah tidak bisa mengikuti (batas maksimal usia 35 tahun). namun begitu aku masih bisa mengikuti PPPK, yang katanya tidak ada pensiun. bagiku jadi abdi negara atau tidk bukan suatu masalah, yang penting terus mengabdi dan berkarya dengan kemampuan yang kita miliki. obrolan siang ini tentang penelitan yang akan saya lakukan untuk meraih gelar magister. berbagai alternatif ditawarkan meski kadang aku tidak begitu paham dengan apa yang akan aku lakukan. aneh juga kan, hal yang seharusnya aku kerjakan malah santai, belum bergerak sama sekali. aku menempuh pendidikan pasca sarjana di universitas wahid hasyim semarang melalui jalur beasiswa. dan ini adalah tahun keduaku untuk segera menulis thesis. gambaran sudah ada namun ada saja kendala setiap kali akan menulis. aku lihat teman-teman sekelasku juga masih adem ayem saja. belum ada greget untuk menyelesaikan tulisan mereka. padahal tahun 2021 sudah ditarget wisuda bulan maret atau oktober. secara pribadi aku ingin ikut yang maret agar bisa segera mengikuti program doktoral. ya... efek gagal menjadi abdi negara, aku jadi perhatian sekali dengan kegiatan yang bisa menghasilkan uang. meski kadang kegiatan itu tidak sesuai dengan kompetensiku. seperti bulan kemarin aku mengikuti uji kompetensi desainer grafis dan alhamdulillah aku masuk kategori kompeten. padahal kemampuanku hanya bisa membuat desain untuk brosur sekolah. itupun masih dibantu percetakan untuk menyempurnakan tugasku. sebelumnya aku juga pernah mengikuti pelatihan bahasa inggris, karena aku rasa perlu untuk mengembangkan kompetensiku. kukira bahasa inggris dan komputer adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. jadi aku pede saja ketika mengikuti pelatihan itu. alhamdulillah aku dinyatakan kompeten. mungkin semua adalah efek dari gagal menjadi abdi negara dan sekarang berusaha untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain.

Jumat, 20 November 2020

Hari Pahlawan

Tanggal 10 november kemarin, kita memperingati hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu hari pahlawan. Hari dimana puncak perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah belanda yang berhasil membonceng sekutu. Sebuah peristiwa besar terjadi di Surabaya, dimana pada tanggal 10 november 945 bangsa Indonesia diminta untuk menyerah kepada sekutu. Hal itu disampaikan oleh tentara sekutu melalui pamflet-pamflet yang disebar melalui pesawat udara. Namun atas pidato bung tomo yang mampu menggetarkan hati rakyat Surabaya. Indonesia menolak menyerah bahkan melakukan perlawanan. Dalam peristiwa itu salah seorang jendral inggris berhasil dibunuh melalui bom mobil yang dipasang oleh salah seorang santri dari jombang, jawa timur.

Tentara Indonesia ketika itu terdiri dari para pemuda dan santri (siswa pondok pesantren) dimana mereka tidak hanya membuktikan bahwa mereka cinta sekali dengan negeri ini, namun mereka juga pandai mengaji. Santri yang hanya bermodal sarung dan juga peci, serta senjata bambo runcing yang banyak tumbuh di negeri ini menjadi senjata andalan menumpas penjajah.

Selain tewasnya jendral mallaby, perjuangan arek-arek suroboyo ketika itu adalah berhasil berobek bendera belanda yang berkibar di Hotel Yamato Surabaya. Bendera tiga warna, yaitu merah, putih dan biru berhasil dirobek bagian bawahnya sehingga menjadi bendera merah putih yang berkibar. Lagi-lagi peran santri tak bisa di anggap enteng, karena pemuda yang nekat naik tiang bendera dan berhasil merobek bendera belanda itu adalah santri dari jombang.

Kita tahu bahwa jombang adalah tempat kelahiran hadratus syaik KH Hasyim Asy’ari. Roisul Akbar dan juga pendiri dari organisasi Nahdhatul Ulama. Jombang terkenal dengan pondok pesantren tebuireng yang merupakan markas dari pasukan hizbullah, tentara islam yang dikemudian hari bernama TNI. Peristiwa 10 november adalah kelanjutan dari keputusan para ulama yang memberikan fatwa bahwa melawan penjajah hukumnya wajib, fatwa itu sekarang kita kenal dengan nama Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 oktober 1945, dan hari itu kita kenal dengan nama hari santri. Karena peran santri dan juga kyai yang tidak kecil demi keutuhan NKRI.

Sekarang kita telah merdeka. Musuh kita bukan lagi penjajah. Namun orang-orang yang kecewa karena mereka tidak terpilih sebagai pengurus organisasi, lalu mendirikan organisasi sendiri dan ingin merubah ideologi pancasila dengan ideologi lain, salah satunya adalah ideolgi yang berlandaskan alqur’an dan hadits yang kita kenal dengan syariat islam. Padahal para ulama sepakat bahwa ideologi pancasila adalah ijtihad mereka yang paling besar dalam merumuskan dasar Negara dan tidak akan bisa dirubah lagi. NKRI harga mati, pancasila jaya. Perlawanan sekarang lebih berat, karena kita melawan bangsa sendiri, beberapa kali kita berhasil menumpas mereka, mulai dati DI/TII, NII dan juga PKI. Namun penyakit itu sampai sekarang masih menempel dan kadang-kadang kambuh lagi. Mari kita teguhkan keyakian kita bahwa pancasila adalah ideologi yang paling baik diantara sekian banyak ideologi yang ada di dunia, karena perumusnya adalah pala ulama nusantara yang sangat memahami kondisi Indonesia seutuhnya. Mengganti ideologi pancasila akan berhadapan dengan TNI dan juga polri karena dianggap meresahkan masyarakat dan mencoba merongrong kekuasaan melalui perubahan ideologi.

Untuk itu kita harus berhati-hati dalam mengikuti kegiatan berbau islami, bisa jadi kegiatan itu baik, dibungkus dengan label syariah yang pada akhirnya justru malah merubah ideologi negara kita menjadi negara khilafah. Ikutilah kegiatan keagamaan yang sudah lazim diikuti oleh orangtua kita, kakek nenek kita seperti tahlilan dan berzanzi. Karena itu adalah istighosah kecil yang bisa kita laksanakan setiap minggu, bukan melakukan bid’ah yang sering mereka desuskan selama ini.

Minggu, 15 November 2020

FILE SAMPAH

Hari kamis kemarin, komting (ketua) kelasku di program pascasarjana mengkritik tentang status WA yang tidak ada artinya, status itu ibarat sampah karena tidak ada tagline dalam status tersebut. Status itu hanya berupa foto atau video yang kadang harus di download dulu. Lalu aku jelaskan kepadanya bahwa pembuatan status itu bertujuan untuk membersihkan file sampah yang ada di hape, berupa foto dan video. Karena eman sekali jika harus dibuang, maka saya buang (hapus) setelah saya bagikan ke status WA dan beberapa grup.

Teman saya lalu bercerita tentang sebuah mobil yang dibeli 15 tahun lalu. Kalau kita jual ke showroom mobil lagi mungkin harganya akan murah, karena model mobil sudah tidak up to date. Sedangkan jika kita jual ke pasar mobil harganya hanya naik sedikit, dan jika kita jual pada orang yang membutuhkan, mungkin harganya juga hampir sama. Lalu ditemukanlah sebuah tempat yang bisa menerima mobil itu dengan harga yang sangat tinggi. Tempat itu adalah toko barang antik.

Inti dari cerita itu adalah, semua orang mempunyai pangkat dan derajat yang berbeda di setiap tempat. Mungkin kita tidak berarti apa-apa di antara orang-orang tertentu, karena kita mungkin dianggap orang biasa. Namun ditempat yang berbeda pula kita bisa sangat berarti sehingga dihormati dan disegani oleh banyak orang. Artinya kita harus bisa memposisikan diri kita, ketika kita berada di suatu tempat. Misal di rumah, sekolah, pasar, atau tempat yang lain.

Sama dengan status WA yang mungkin dianggap biasa oleh beberapa orang, namun dianggap sampah oleh orang yang berpengetahuan. Karena status WA kita tidak ada artinya. Bisa jadi status WA akan sangat berarti bagi orang yang membutuhkan, mungkin saat kita menge-share lowongan pekerjaan atau sebuah kegiatan.

Tapi bagi saya, semua kembali kepada diri kita masing-masing. Komting dan beberapa teman pascasarjana sering sekali mengkritik bahkan menggojlok dengan caci maki yang menyakitkan hati. Namun saya tahu itu semua dilakukan karena saya berada di masa transisi (peralihan) dari orang awam menuju ilmuwan. Kuncinya juga sama, belajar dan terus belajar mengupdate diri sendiri dengan wawasan yang bermanfaat dan juga mengetahui perkembangan yang terjadi di saat ini. Tidak hanya diam atau pasif dengan perkembangan tersebut. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada semua teman pascasarjana universitas wahid hasyim semarang kepada saya, yang bersedia mengkritik saya. Kritik anda sekalian adalah sebuah kepedulian kepada seorang sahabat yang tidak bisa saya dapatkan ditempat lain.

Semenjak saat itu saya tidak lagi nyetatus di WA dengan sampah yang tidak berguna. Namun itu hanya berlaku beberapa hari saja, karena banyak sekali file sampah (foto/video) yang tidak berguna di HP saya. Jadi maafkan jika saya bandel. Bukan saya tidak peduli dengan kritik yang diberikan. Saya hanya merasa eman sekali jika file itu dibuang (hapus) begitu saja, jadi saya merasa perlu men-share foto/video tersebut. Maafkan aku kawan...