Kamis, 10 September 2020

Hakim, Ainul dan Zaky

Mereka adalah trio kwek-kwek, pembuat onar di kelas kami. Selain asfa kelas akan terasa sepi jika tidak ada mereka. Hakim adalah alumni sebuah SMK yang sangat terkenal di kota cepu. Ibunya adalah primadona di jaman mudanya dulu. Karena saya juga kenal dengan ibunya. Dia adalah kakak kelas saya sewaktu sekolah. Namun kami tidak pernah bertemu. Saya masuk sekolah saat dia sudah lulus. Mungkin karena ibunya yang cantik, hakimpun mempunyai wajah yang tampan. Sayang dia pelo. Tidak bisa mengucapkan huruf R dengan jelas. Seperti orang jepang. Dia mengucap huruf R menjadi L. contoh laler menclok pager, jika hakim yang mengucapkannya maka akan terdengan lalel menclok pagel. Dan kelihatannya pelo nya hakim sangat parah.

Ainul, adalah keponakan dari sahabatku di MTs, namanya mabrur. Mabrur mempunyai suara yang sangat bagus dan sering adzan pada hari jumat di masjid. Dulu sewaktu kami masih di MTs kami sering latihan qiroah bersama. Meski suarsaya tidak begitu bagus, namun saya berhasil menghafalkan tujuh tausih lagu qiroah.

Zaki adalah anak pak amin, kepala MTs Darul Falah Cepu. Dulu dia adalah murid saya. Dan sekarang kita dipertemukan lagi sebagai peserta pelatihan bahasa inggris. Sama-sama sebagai murid. Namun rasa hormat nya kepada saya tidak berkurang. Karena saya selalu mengajarkan tidak ada mantan murid, apalagi mantan guru. Orang tang sudah mengajarkan ilmu kepada kita meski Cuma satu huruf, maka beliau adalah guru kita. Begitu kata sahabat ali bin abi thalib dalam kitab ta’limul muta’alim.

Kebetulan ketiga anak ini bersaudara, saya tidak bisa menjelaskan bagaimana hubungannya. Namun zaki yang paling tua. Sebab inul dan hakim kalau memanggil pak amin dengan sebutan pak dhe. Entah kebetulan atau tidak mereka berhasil mendaftar sebagai peserta BLK dan menjadi tim penggerak. Seperti saat ini, meski pelatihan sudah selesai namun mereka masih kompak di grup WA. Bahkan sering beberapa kali mengadakan acara rujakan dan makan-makan. Apalagi sekarang bulan muharrom. Banyak orang yang memperingati hari kelahirannya dengan bancak-an. Dan kita sering di undang untuk ikut makan makan. Termasuk pak cip sang penyelenggara pelatihan season 1 dan 2. Namun sayangnya saya jarang ikut. Karena rumah saya jauh sekali. Meski dalam hati juga ingin kumpul bersama teman-teman. Lagipula waktunya sering tidak pas, karena saya sering puasa senin kamis sejak setahun terakhir ini. Akhirnya hanya bisa mendoakan semoga mereka mendapat barokah di hari lahirnya.

Well... itu cerita tentang semua lelaki di kelas kami, BLK Komunitas bahasa inggris AL IANAH Cepu yang kami ikuti selama satu bulan. Minggu depan saya akan bercerita tentang ceweknya, karena banyak sekali. Dan mungkin juga kurang bahan yang bisa saya sajikan. Kalau menggambarkan karakter mereka sedikit demi sedikit mungkin bisa, biarpun tidak detil.

Owh ya, selain pak cip sebagai penyelenggara ada juga mas lolok, sang penjaga dan juga pak agung tukang cathering. Dan yang tentunya tak bisa saya tinggalkan yaitu gus syafa, pengasuh pondok pesantren al I’anah cepu sekaligus penyelenggara pelatihan ini. Sedikit demi sedikit saya akan bercerita tentang mereka untuk mengisi blog ini dan mengasah kemampuan saya dalam menulis terutama editing. Karena sebentar lagi saya akan disibukkan dengan menulis thesis sebagai syarat untuk meraih gelas S2. Magister di dunia pendidikan agama islam.

Guru menulis saya, bapak budi maryono pernah mengibaratkan menulis adalah sebuah kebisaaan, seperti bersepeda. Kalau tidak pernah naik sepeda, bagaimana kita bisa menulis.

Minggu, 06 September 2020

Asfa Oy

Sebelum saya bercerita tentang trio kwek kwek (sebutan untuk, hakim, inul dan zaki) saya akan menceritakan tentang Asfa. Salah seorang peserta pelatihan bahasa inggris yang selalu memakai sarung. Dia adalah alumni pondok pesantren al anwar sarang rembang. Dulunya dia alumni dari MTs AL Muhammad Cepu. Lalu melanjutkan di MA Yastamas Cepu. Dan mondok di AL-IANAH Cepu gang Delapan. Setelah lulus dari aliyah dia melanjutkan studinya di STAI AL ANWAR sarang rembang, sambil mondok disana.

Beberapa peserta perempuan mengaku kalau kelas terasa sepi kalau tidak ada Asfa. Maklum pembawaan Asfa sumeh dan selalu lucu dalam setiap tingkah lakunya. Suaranya keras dengan sedikit logat yang dibuat-buat, sehingga setiap kali dia berbicara selalu membuat orang terpingkal-pingkal. Asfa mempunyai gigi gingsul, gigi yang tumbuh tidak sempurna (tumpuk) namun justru itu menambah daya tariknya.

Dalam beberapa kegiatan yang diadakan oleh BLK (selama pelatihan)dia selalu mendapat kepercayaan sebagai master of ceremony (MC) tentu saja acara selalu heboh dengan gayanya. Meski bahasa inggrisnya banyak yang salah ketika membawakan acara, namun dia tetap pede. Toh kita juga gak begitu paham dengan bahasa inggris. Selain Mr. Nafa (sang tutor)yang penting speak up loudly.

Sayang pada acara pamungkas (jalan-jalan ke sarangan) dia tidak ikut karena persiapan ujian skripsi. Tentu saja sekarang dia sudah lulus dan jadi sarjana. Oleh karena itu acara ke sarangan menjadi garing tanpa dia. Selain itu tidak ada uang saku, sehingga membuat lemas semua peserta.

Akhir-akhir ini saya sering melihat dia di BLK mengantarkan snack dan juga makanan. Maklum dia dipasrahi oleh pengasuh pondok untuk ikut mengawasi santri-santri putra di AL-I’ANAH Cepu. Saya ketemu dia setiap hari karena saya juga ditunjuk untuk menjadi admin sementara di BLK, sebelum kuliah di semarang mulai.

Meski dia sudah tidak berucap bahasa inggris lagi, namun dia masih tetap lucu. Dan penampilannya yang memakai sarung dan kopyah tidak pernah ketinggalan. Semangatnya untuk mengabdi di pondok sangat bagus dan luar biasa sekali. Meski sering di kecewakan oleh lembaga. Mungkin sama seperti belajar sampai mati. Mengabdi kepada kyai juga sampai mati. Paling tidak harus respect sama pengasuh dan asatidznya.

Pada pelatihan ke tiga ini, Asfa membawa dua orang temannya dari sarang untuk ikut belajar bahasa inggris secara Cuma-Cuma. Dua orang temannya itu berasal dari tangerang dan jambi. Daerah yang sangat jauh dengan Cepu. Maklum niat awalnya adalah mondok di sarang. Sambil menunggu virus corona hilang, mereka memanfaatkan kesempatan belajardi BLK AL-I’ANAH CEPU untuk mendalami bahasa inggris sampai expert. Maklum kesempatan belajar seperti ini tidak akan dating dua kali. Meski ada masalah internal dengan lembaga, paling tidak kita mendapatkan ilmunya yang bias kita manfaatkan dimasa depan.

Ingat, belajar itu dimulai dari kita turun dari ayunan, dan beralhir sampai kita masuk ke liang lahat. Jadi selama masih ada kesempatan untuk belajar maka gunakanlah kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.

Selasa, 01 September 2020

Diganggu makhluk halus

Sudah hampir tiga hari ini, saya sering sholat tidak konsentrasi, setiap kali konsentrasi selalu buyar, pikiran mblayang kemana-mana, ingat kerjaan dan lain sebagainya. Ada sebagian orang yang bilang bahwa itu dibuat oleh manusia. Namun jika aku tidak percaya, karena jika aku percaya bahwa ada kekuatan lain selain tuhan yang bisa merubah manusia, maka aku akan menjadi syirik. Jadi untuk menjaga perasaan mereka aku bilang saja kalau aku juga percaya, namun nyatanya tidak.

Kadang ada rasa ingin marah sendiri, teriak-teriak seperti orang gila. Entah apa sebabnya saya juga gak tahu, perasaan diganggu oleh mahluk lain sering muncul jika dalam kondisi seperti itu. Namun guruku pernah berpesan bahwa orang yang rutin membaca alquran dan melaksanakan sholat insya allah tidak akan diganggu oleh mahluk halus, hanya harus yakin dan percaya bahwa semua mahluk halus itu juga sama seperti kita, ciptaan allah. Untuk itu harus saling sapa meski menggunakan bahasa yang berbeda.

Tapi karena saya manusia biasa, perasaan merasa diganggu oleh orang dengan perantara mahkuk halus pun sering muncul, terlebih tetangga sebelah yang berada di Jakarta dulu pernah mempermasalahkan tanah yang sekarang saya tempati. Karena istri saya hanya anak angkat dari yang punya tanah, sedangkan dia adalah keponakan. Orang yang punya tanah tak lain adalah pak lik dari istri saya, jadi status kami adalah sama-sama keponakan, sedangkan paklik tidak mempunyai anak. Untuk itu beliau mengangkat keponakan sebagai anaknya dengan harapan besok kalau meninggal ada yang mendoakan dan merawat musholla. Karena paklik juga seorang kyai meski kelasnya hanya kyai kampung.

Bapak kandung saya pernah mewanti-wanti jangan sampai menjadi perpecahan apalagi pertengkaran antar saudara, karena barang warisan. Kasihan mereka yang sudah meninggal yang meninggalkan warisan tersebut, tentu mereka berharap anak cucunya bisa hidup damai dan sejahtera diatas tanah yang telah mereka wariskan. Namun kenyataannya mereka malah saling bertengkar dan rebutan tanah warisan. Untuk itu saya diam saja ketika beberapa hari saudara yang datang dari Jakarta merubah batas tanah.

Bahkan sambil bersendau gurau saya bilang pada istri saya, mungkin dia tidak tahu adzab bagi orang yang suka mengambil tanah orang lain, kuburannya sempit dan akan dihimpit bumi. Sungguh mengerikan. Meski tak sampai ke akhirat, hukuman itu sudah dating sekarang, meski sebetulnya tidak ada sangkut pautnya namun ada orang yang menghubungkannya juga ke masalah tanah tersebut.

Istrinya selingkuh dengan tetangga sebelah dan sekarang minta cerai. Padahal mereka sudah mempunyai seorang anak, secara otomatis anak tersebut akan tinggal bersama neneknya, sedangkan ibu bapaknya bekerja ditempat lain karena sudah cerai, jujur aku tidak pernah mendoakan seperti itu, toh mereka juga masih saudara, mana mungkin aku tega mendoakan keluarga sendiri berpisah dengan anak/istrinya. Karena yang namanya doa buruk pasti akan kembali juga kepada kita. Maka jika mendoakan orang, doakanlah yang baik meski orang itu kita benci, begitu pesan guru saya.

Dan perasaan sering tidak konsen itu mungkin didoakan oleh orang tersebut atau mungkin karena saya sedang banyak masalah, saya tidak tahu pasti yang jelas ketika sholat empat rokaat, ada perasaan bahwa sholat saya baru 3 rokaat, ataupun kalau sudah empat rokaat ada perasaan sholat yang saya lakukan terlalu banyak. Ah entahlah aku juga gak tahu mana yang benar mana yang salah, bingung.