Kamis, 28 November 2019

Waiting for You

Pesawat yang akan aku tumpangi sebentar lagi akan take off. Namun sayang seseorang yang aku tunggu tak juga kunjung datang. Rasanya airmata ini sudah kering karena sejak setengah jam yang lalu telah mengalir deras. Haruskah aku membatalkan kepergianku ke Jepang? Negara yang selama ini aku impikan. Dan aku beruntung sekali karena mendapat beasiswa untuk belajar disana selama dua tahun. Sahabatku Nila yang ada disamping meremas lembut tanganku, seolah mengatakan kita akan terlambat kalau terus menunggu Farid. Dan mau tidak mau aku memang harus segera pergi. Didalam pesawat airmata itu turun lagi. Padahal aku sudah yakin tadi sudah tumpah ruah di bandara, kenapa sekarang harus muncul lagi? Karena ada banyak orang akhirnya aku menahan jatuhnya airmataku dengan sedikit tergugu dan tersengal. Mungkin Tuhan tidak menakdirkan aku hidup bersama dia. Farid, begitu namanya saat dia menjabat tanganku memperkenalkan diri, Dia adalah seorang guru swasta di sebuah madrasah yang ada di ujung timur pulau jawa. Meski hanya guru yayasan namun dia kelihatan sangat bahagia dengan kegiatan sehari-harinya sebagai seorang guru. Anak didiknya yang hampir ratusan menaruh respect sekali kepadanya. Pendidikan karakter yang digaungkan oleh pemerintah sepertinyaberhasil di daerah ini. Karena tidak ada anak yang menggunakan bahasa jawa ngoko. Semuanya sopan. Kalaupun mereka tidak bisa berbahasa jawa, mereka menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Sehingga tercipta jarak yang sangat santun antara guru dan murid. Pak Farid mengajar di kelas sepuluh, dia mengajar ilmu fiqh (Tata cara beribadah) kepada para murid-muridnya. Selain itu dia juga menjadi wali kelas di kelas X-A. Kelas yang selalu menjadi kelas favorit setiap tahun. Saya datang ke sekolah tersebut untuk melakukan riset pendidikan. Riset itu sangat saya perlukan untuk melengkapi tugas akhir saya meraih gelar magister pendidikan.

Tidak ada komentar: