Jumat, 20 November 2020

Hari Pahlawan

Tanggal 10 november kemarin, kita memperingati hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu hari pahlawan. Hari dimana puncak perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah belanda yang berhasil membonceng sekutu. Sebuah peristiwa besar terjadi di Surabaya, dimana pada tanggal 10 november 945 bangsa Indonesia diminta untuk menyerah kepada sekutu. Hal itu disampaikan oleh tentara sekutu melalui pamflet-pamflet yang disebar melalui pesawat udara. Namun atas pidato bung tomo yang mampu menggetarkan hati rakyat Surabaya. Indonesia menolak menyerah bahkan melakukan perlawanan. Dalam peristiwa itu salah seorang jendral inggris berhasil dibunuh melalui bom mobil yang dipasang oleh salah seorang santri dari jombang, jawa timur.

Tentara Indonesia ketika itu terdiri dari para pemuda dan santri (siswa pondok pesantren) dimana mereka tidak hanya membuktikan bahwa mereka cinta sekali dengan negeri ini, namun mereka juga pandai mengaji. Santri yang hanya bermodal sarung dan juga peci, serta senjata bambo runcing yang banyak tumbuh di negeri ini menjadi senjata andalan menumpas penjajah.

Selain tewasnya jendral mallaby, perjuangan arek-arek suroboyo ketika itu adalah berhasil berobek bendera belanda yang berkibar di Hotel Yamato Surabaya. Bendera tiga warna, yaitu merah, putih dan biru berhasil dirobek bagian bawahnya sehingga menjadi bendera merah putih yang berkibar. Lagi-lagi peran santri tak bisa di anggap enteng, karena pemuda yang nekat naik tiang bendera dan berhasil merobek bendera belanda itu adalah santri dari jombang.

Kita tahu bahwa jombang adalah tempat kelahiran hadratus syaik KH Hasyim Asy’ari. Roisul Akbar dan juga pendiri dari organisasi Nahdhatul Ulama. Jombang terkenal dengan pondok pesantren tebuireng yang merupakan markas dari pasukan hizbullah, tentara islam yang dikemudian hari bernama TNI. Peristiwa 10 november adalah kelanjutan dari keputusan para ulama yang memberikan fatwa bahwa melawan penjajah hukumnya wajib, fatwa itu sekarang kita kenal dengan nama Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 oktober 1945, dan hari itu kita kenal dengan nama hari santri. Karena peran santri dan juga kyai yang tidak kecil demi keutuhan NKRI.

Sekarang kita telah merdeka. Musuh kita bukan lagi penjajah. Namun orang-orang yang kecewa karena mereka tidak terpilih sebagai pengurus organisasi, lalu mendirikan organisasi sendiri dan ingin merubah ideologi pancasila dengan ideologi lain, salah satunya adalah ideolgi yang berlandaskan alqur’an dan hadits yang kita kenal dengan syariat islam. Padahal para ulama sepakat bahwa ideologi pancasila adalah ijtihad mereka yang paling besar dalam merumuskan dasar Negara dan tidak akan bisa dirubah lagi. NKRI harga mati, pancasila jaya. Perlawanan sekarang lebih berat, karena kita melawan bangsa sendiri, beberapa kali kita berhasil menumpas mereka, mulai dati DI/TII, NII dan juga PKI. Namun penyakit itu sampai sekarang masih menempel dan kadang-kadang kambuh lagi. Mari kita teguhkan keyakian kita bahwa pancasila adalah ideologi yang paling baik diantara sekian banyak ideologi yang ada di dunia, karena perumusnya adalah pala ulama nusantara yang sangat memahami kondisi Indonesia seutuhnya. Mengganti ideologi pancasila akan berhadapan dengan TNI dan juga polri karena dianggap meresahkan masyarakat dan mencoba merongrong kekuasaan melalui perubahan ideologi.

Untuk itu kita harus berhati-hati dalam mengikuti kegiatan berbau islami, bisa jadi kegiatan itu baik, dibungkus dengan label syariah yang pada akhirnya justru malah merubah ideologi negara kita menjadi negara khilafah. Ikutilah kegiatan keagamaan yang sudah lazim diikuti oleh orangtua kita, kakek nenek kita seperti tahlilan dan berzanzi. Karena itu adalah istighosah kecil yang bisa kita laksanakan setiap minggu, bukan melakukan bid’ah yang sering mereka desuskan selama ini.

Tidak ada komentar: