Minggu, 04 Juli 2010

PERGI HAJI

Ini bukan humor, tapi serius, aku akan pergi haji, setelah cicilan motorku lunas. Hal ini aku sampaikan pada teman-teman saat pertama kali aku punya motor baru empat tahun yang lalu. Salah seorang diantara mereka bertanya, apa yang akan kulakukan setelah motorku lunas. Sebetulnya ada banyak obsesi dalam hidupku. Salah satunya melanjutkan kuliah s2 (targetku adalah kuliah sampai s3) istriku berkeinginan punya rumah sendiri, dan akupun menyetujui, lalu anakku yang masih te ka itu pingin punya mobil pribadi, akupun merestui. Tapi entah kenapa yang keluar dari mulutku adalah pergi haji. Berdua dengan istriku. Jangan tertawa setelah membaca ceritaku ini. Aku bukan sombong. Aku hanya seseorang yang mempunyai cita-cita (keinginan) dan cita-citaku (beserta keluargaku) bukan cita-cita yang terlalu muluk-muluk atau keduwuren. Kamu tentu masih ingat dengan cerita haji sulam si penjual bubur yang ceritanya selalu di tayangkan di TPI itu. Awalnya pergi haji hanyalah sebuah obsesi. Keinginan yang terlalu tinggi. Namun apabila gusti Allah menghendaki semua orang bisa pergi haji.



Pak amin juga menambahkan sebuah cerita tentang penjual es campur yang mangkal di pinggir jalan. Dia diajak daftar haji oeh pak kyai. Namun uangnya hanya satu juta. Lalu pak kyai berkata : ‘kalau niat pergi haji, buka dulu tabungan haji, tak perlu merisaukan kapan lunasnya, yang penting punya tabungan dulu.”
Akhirnya si penjual es itu nurut dan pergi ke bank untuk membuka tabungan haji. Ndilalah kersane gusti Allah, tiap hari dagangannya laris, habis! Dan keuntungan dari jualan es itu disetor untuk melunasi biaya naik haji. Ketika tabungan hajinya cukup dan siap berangkat, dia matur kepada pak kyai : “saya sudah lunas pak kyai”
Pak kyai lalu merangkulnya sambil mengucapkan syukur kepada gusti Allah. Tapi penjual e situ terkejut ketika pak kyai berkata : “aku aja belum lunas!”
Subhanallah…coba kau bayangkan teman…penjual es campur aja bisa pergi haji dengan segenap usahanya, kenapa kita tidak bisa? Sementara kehidupan kita tentunya lebih baik dari penjual es campur tersebut.



Belajar dari cerita diatas, awal tahun 2010 dengan membaca bismillah aku pergi ke bank BRI cabang cepu (belakang soos sasono suko) dan membuka tabungan haji. Tidak banyak memang, Cuma seratus ribu. Dan alhamdulillah tiap minggu aku bisa rutin setor dengan besaran yang sama. Kalau ongkos naik haji sekitar 30 juta keatas, butuh berapa tahun untuk melunasinya. Belum lagi istriku yang ingin ikut, karena aku tidak diperbolahkan pergi sendiri (soalnya kemana-mana dia selalu ingin ikut aku, makan bareng aku, tidur ikut aku, emang dia cinta mati banget ma aku. Hehe…)
Kalau berdua dengan istriku ongkos naik haji sekitar 60 jutaan. Tidak jadi masalah kapan lunasnya, yang penting tiap minggu disisihkan, dan tidak lupa berdoa kepada gusti Allah, semoga keinginan kamike baitullah terpenuhi. Amien…ya robbal alamin…

Tidak ada komentar: